Ikhtiar & Tawakkal: Seni Hidup Tenang di Tengah Ketidakpastian

Handi Handika
4 min readJan 31, 2024

--

Ya muqollibal qulub

Pernahkah kamu merasa seolah-olah kamu harus memenuhi segala kebutuhan dengan terburu-buru dan kemudian membiarkan segala sesuatunya terjadi? begitulah perjalananku bersama Ikhtiar dan Tawakkal. Ikhtiar itu tentang menyingsingkan lengan baju dan menyelesaikan sesuatu, sedang Tawakkal? ini tentang melangkah mundur dan mempercayai aliran kehidupan.

Saya telah belajar bahwa ini bukan sekedar tentang melakukan; ini juga tentang menerima hasilnya, betapapun tidak terduganya.

Juga, ini tentang pemahaman bahwa tidak semuanya ada di tangan saya. Ada beberapa hal, sekeras apa pun saya berusaha, ada hal yang berada di luar kendali sayadan itu tidak masalah :)

Ambang Batas Ikhitar

Berbicara tentang apa yang ada dalam kendali kita membuat saya teringat gagasan Stephen Covey tentang proaktif dari bukunya, ‘The 7 Habits of Highly Effective People.’ Ia menjelaskan bahwa proaktif bukan hanya tentang langsung mengambil tindakan, namun lebih tentang bagaimana kita memilih untuk merespons apa yang terjadi dalam hidup kita. Ide ini sangat cocok dengan apa yang saya sebut sebagai ‘ambang batas Ikhtiar’ — titik dimana upaya kita bertemu dengan kekuatan untuk benar-benar membuat perbedaan.

Kedengarannya seperti mencari tahu dimana kita dapat meninggalkan jejak kita dan dimana kita perlu mundur dan membiarkan segala sesuatunya terjadi.

Di sinilah ‘Lingkaran Pengaruh’ dan ‘Lingkaran Perhatian’ Covey muncul dalam pikiran saya. Lingkaran Perhatian mencakup semua hal yang kita khawatirkan — mulai dari masalah besar dunia hingga masalah pribadi, namun banyak diantaranya berada di luar kendali kita. Lalu ada Lingkaran Pengaruh — hal-hal yang sebenarnya bisa kita lakukan. Memang lebih kecil, tapi disitulah kita memiliki kekuatan nyata.

Ketika kita fokus pada Lingkaran Pengaruh ini, seperti benar-benar mengerahkan energi kita pada apa yang bisa kita ubah, maka lingkaran ini cenderung tumbuh. Kita menjadi lebih efektif dan proaktif — peningkatan produktivitas.

Ilustrasi Covey tentang Fokus Proaktif dan Reaktif

Ini menampar wajah saya, saya sedang mengerjakan skripsi sarjana saya dan menurut saya kesalahan terbesar saya adalah terlalu fokus pada lingkaran perhatian. Saya cenderung menggunakan fokus reaktif (yang saya tidak tahu alasannya) daripada fokus proaktif. Saya dapat mengatakan bahwa masalah saat ini benar-benar sesuai dengan keprihatinan saya dan saya sangat bersemangat untuk mengubah status quo — yang tidak dapat saya lakukan (tentu saja, dalam jangka pendek). Saya perlu terus mengatakan “berhenti melakukan ini, fokuslah pada apa yang dapat kamu lakukan SEKARANG” berulang kali, mempelajari kembali fokus proaktif yang saya pikir sudah saya pahami.

Tapi, lalu apa? saya merasa bersalah jika saya tidak dapat berbuat apa-apa terhadap suatu masalah yang saya perhatikan. Rasanya tidak nyaman jika hanya melakukan hal-hal seminimal mungkin. Saya merasa gelisah mengetahui saya bisa melakukan sesuatu yang LEBIH BANYAK tetapi saya memerlukan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan masalah saya.

Artinya, sesuatu yang lebih mungkin bukan takdir yang ingin saya kejar. Mungkin itu milik orang lain, dan hei, ingatkah kamu bahwa kamu selalu tahu apa yang harus dilakukan ketika tiba waktunya untuk mundur dan membiarkan segala sesuatunya berjalan sesuai keinginan-Nya? dimana kadang, itu tergantung orang lain.

Tawakkal

Saya akan menekankan dua faktor terpenting dalam mengamalkan Tawakkal: upaya dan kepercayaan. Upaya atau Ikhtiar, adalah tentang melakukan bagian saya dengan kemampuan terbaik saya, melakukan pekerjaan yang diperlukan, dan membuat pilihan yang tepat. Kepercayaan, di sisi lain, adalah tentang memahami dan menerima bahwa hasil tidak selalu berada dalam kendali saya.

Setelah saya melakukan semua yang saya bisa, percaya kepada Allah berarti melepaskan keterikatan saya pada hasil tertentu dan percaya bahwa apa pun yang terjadi adalah yang terbaik, meskipun hal itu tidak langsung terlihat jelas. Kombinasi upaya proaktif dan penyerahan diri yang penuh kepercayaan ini bukan sekadar praktik namun juga cara hidup, membimbing saya melewati masa-masa ketidakpastian dan membantu saya menemukan kedamaian karena mengetahui bahwa saya telah melakukan bagian saya, dan sisanya berada di tangan pihak yang lebih tinggi.

Tangkapan Layar Surah At-Talaq ayat 3 dari quran.kemenag.go.id

Terkadang, perjalanan saya berkaitan dengan perjalanan orang lain, dan hasilnya bergantung pada tindakan di luar tindakan saya. Di momen-momen ini, kalimat ‘Ya muqollibal qulub’ , atau ‘Allah Maha Membolak-balikan Hati’, bergema begitu dalam.

Ini adalah pengakuan yang kuat atas terbatasnya kemampuan saya untuk mengendalikan situasi, terutama yang melibatkan pikiran dan tindakan “Orang Lain”. Saya meminta agar hati kita selaras dengan kesabaran, ketahanan, dan pengertian, menyadari bahwa perubahan internal ini dapat berdampak signifikan pada cara kita menavigasi kompleksitas kehidupan.

Ya muqollibal qulub lebih dari sekadar permohonan petunjuk; ini adalah keterlibatan aktif dalam latihan spiritual, suatu cara untuk memengaruhi jalan hidup melalui keyakinan. Hal ini menekankan upaya manusiawi kita dengan lapisan ketergantungan spiritual yang lebih dalam, menyelaraskan tindakan kita dengan kehendak ilahi.

Berkaca dari hal ini, saya menyadari bahwa hikmah Allah dalam membimbing hati kita tidak terhingga. Keinginan kita, usaha kita, dan jalan kita semuanya berada di bawah pengaturan-Nya. Kesadaran ini bukan tentang melepaskan ambisi kita, melainkan tentang mengakui adanya rencana yang lebih besar, sesuatu yang mungkin tidak sepenuhnya kita pahami.

Catatan Akhir

Menerapkan hal ini dalam kehidupan sehari-hari ibarat berjalan di atas tali. Di satu sisi, ada Ikhtiar — menetapkan tujuan dan mengejar impian. Tapi kemudian ada Tawakkal — praktik melepaskan. Ini tentang melakukan yang terbaik, mengambil napas dalam-dalam dan membiarkan alam semesta mengambil alih. Hal ini akan membantu mengurangi stres mengenai ‘bagaimana jika’ dan ‘seharusnya terjadi’.

Mencapai keseimbangan antara keduanya benar-benar membuka mata. Terlalu bersandar pada Ikhtiar, maka kita akan menjadi stres. Terlalu banyak Tawakkal, dan kita mungkin akan berakhir di sofa, menunggu sesuatu terjadi. Ini tentang menemukan keseimbangan — di mana upaya bertemu dengan keyakinan.

--

--

No responses yet